SELAMAT DATANG
Sabtu, 10 Januari 2015
KEMITRAAN DENGAN KAB. HSS ( KANDANGAN )
Kegiatan Kemitraan dengan Kabupaten HSS ( Kandangan ) bersama Pengawas Kandangan Ibu Hj. Idawati, S.Pd
ALAMAT SDN PEMAKUAN DAN LOGO ( LAMBANG PEMERINTAH KAB. BANJAR )
PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR
DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI PEMAKUAN NIS 100120
SD NEGERI PEMAKUAN NIS 100120
Jumat, 09 Januari 2015
TULISAN ANIS BASWEDAN
VIP-kan
Guru-guru Kita!
Posted Sat, 11/22/2014 - 01:19 by
sidiknas
Oleh: Anies Baswedan
Berapa jumlah guru yang masih hidup?” itu pertanyaan
Kaisar Jepang sesudah bom atom dijatuhkan di tanah Jepang.
Kisah itu beredar luas. Bisa jadi itu mitos, tetapi
narasi itu punya konteks yang valid: pemimpin ”Negeri Sakura” itu memikirkan
pendidikan sebagai soal amat mendasar untuk bangkit, menang, dan kuat. Ia sadar
bukan alam yang membuat Jepang menjadi kuat, melainkan kualitas manusianya.
Pendidikan jangan pernah dipandang sebagai urusan sektoral. Pendidikan adalah
urusan mendasar bangsa yang lintas sektoral. Hari ini 53 persen penduduk
bekerja kita hanya tamat SD atau lebih rendah, yang berpendidikan tinggi hanya
9 persen. Pendidikan bukan sekadar bersekolah, melainkan fakta itu gambaran
menampar yang membuat kita termenung.
Dari sisi kuantitas, penduduk Indonesia di urutan
keempat dunia, tetapi dari segi kualitas di urutan ke-124 dari 187 negara.
Bangsa ini telah secara ”terencana” membuat sebagian besar penduduknya
dicukupkan untuk berlevel pendidikan rendah. Tak aneh jika kini serba impor
karena memang sebagian besar penduduk bekerja kita hanya bisa menghasilkan
produk bernilai tambah yang rendah.
Selama bangsa dan para pemimpinnya bicara pendidikan
secara sambil lalu, dan selama masalah pendidikan dianggap bukan masalah
kepemimpinan nasional, jangan harap masa depan akan bisa kuat, mandiri, dan
berwibawa. Kunci kekuatan bangsa itu pada manusianya. Jangan hanya fokus pada
infrastruktur penopang kehidupan bangsa. Sesungguhya kualitas infrastruktur
kehidupan sebuah bangsa semata-mata cermin kualitas manusianya !
Pendidikan adalah soal interaksi antarmanusia.
Interaksi antara pendidik dan peserta didik, antara orangtua dan anak, antara
guru dan murid, serta antara lingkungan dan para pembelajar. Guru adalah inti
dari proses pendidikan. Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan.
Berhenti memandang soal guru sebagai ”sekadar” soalnya
kementerian atau sebatas urusan kepegawaian. Soal guru adalah soal masa depan
bangsa. Di ruang kelasnya ada wajah masa depan Indonesia. Gurulah kelompok yang
paling awal tahu potret masa depan dan gurulah yang bisa membentuk potret masa
depan bangsa Indonesia. Cara sebuah bangsa memperlakukan gurunya adalah cermin
cara bangsa memperlakukan masa depannya!
Ya, penyesuaian kurikulum itu penting, tetapi lebih
penting dan mendesak adalah menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan guru.
Guru merupakan ujung tombak. Kurikulum boleh sangat bagus, tetapi bakal mubazir
andai disampaikan oleh guru yang diimpit sederetan masalah. Tanpa penyelesaian
masalah-masalah seputar guru, kurikulum nyaris tak ada artinya.
Guru juga manusia biasa, dengan plus-minus sebagai
manusia, guru tetap kunci utama. Seorang murid menyukai pelajaran bukan sekadar
karena buku atau kurikulumnya, melainkan karena gurunya. Guru yang menyebalkan
membuat murid menjauhi pelajarannya, guru yang menyenangkan dan inspiratif
membuat murid mencintai pelajarannya.
Kita pasti punya banyak guru yang dulu mengajar. Ada
yang masih diingat dan ada yang terlupakan. Artinya, setiap guru punya pilihan,
mau jadi pendidik yang dikenang karena inspirasinya atau menjadi pendidik yang
terlupakan atau malah diingat karena perilakunya negatif. Guru harus sadar
diri. Ia pegang peran besar, mendasar, dan jangka panjang sifatnya. Jika
seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, lebih baik berhenti menjadi guru.
Terlalu mahal konsekuensi negatifnya bagi masa depan anak dan masa depan
bangsa. Ini statement keras, tetapi para pendidik dan pengelola pendidikan
harus sadar soal ini. Kepada para guru yang mendidik dengan hati dan sepenuh
hati, bangsa ini berutang budi amat besar.
Tiga persoalan besar
Paling tidak ada tiga persoalan besar mengenai guru
kita. Pertama, distribusi penempatan guru tidak merata. Di satu tempat
kelebihan, di tempat lain serba kekurangan. Kekurangan guru juga terjadi di
kota dan di desa yang dekat kota. Ini harus dibereskan. Kedua, kualitas guru
yang juga tidak merata. Kita harus mencurahkan perhatian total untuk
meningkatkan kualitas guru. Mudahkan dan berikan akses bagi guru untuk
mengembangkan potensi diri dan kemampuan mengajar. Bukan sekadar mendapatkan
gelar pascasarjana, melainkan soal guru makin matang dan terbuka luas cakrawalanya.
Ketiga, kesejahteraan guru tak memadai. Dengan
sertifikasi guru telah terjadi perbaikan kesejahteraan, tetapi ada konsekuensi
administratif yang sering justru merepotkan guru dan perlu dikaji ulang. Selain
soal guru honorer, guru bantu yang masih sering diperlakuan secara tak honored
(terhormat). Semua guru harus dijamin kesejahteraannya.
Melihat kondisi sebagian besar guru hari ini, kita
seharusnya malu. Kita titipkan masa depan anak-anak kepada guru, tetapi kita
tak hendak peduli nasib guru-guru itu. Nasib anak-anak kita serahkan kepada
guru, tetapi nasib guru amat jarang menjadi perhatian kita, terutama kaum
terdidik, yang sudah merasakan manfaat keterdidikan. Bangsa Indonesia harus
berubah. Negara dan bangsa ini harus menjamin nasib guru.
Menghormati guru
Mari bangun kesadaran kolosal untuk
menghormati-tinggikan guru. Pemerintah harus berperan, tetapi tanggung jawab
besar itu juga ada pada diri kita setiap warga negara, apalagi kaum terdidik.
Karena itu, VIP-kan guru-guru dalam semua urusan!
Guru pantas mendapat kehormatan karena mereka selama
ini menjalankan peran terhormat bagi bangsa. Saya ajukan dua ide sederhana
menunjukkan rasa hormat kepada guru: jalur negara dan jalur gerakan masyarakat.
Pertama, negara harus memberikan jaminan kesehatan bagi guru dan keluarganya,
tanpa kecuali. Kedua, negara menyediakan jaminan pendidikan bagi anak- anak
guru. Bangsa ini harus malu jika ada guru yang sudah mengajar 25 tahun, lalu
anaknya tak ada ongkos untuk kuliah. Jaminan kesehatan dan pendidikan keluarganya
adalah kebutuhan mendasar bagi guru. Kita harus mengambil sikap tegas: amankan
nasib guru dan keluarganya sehingga guru bisa dengan tenang mengamankan nasib
anak kita.
Di jalur masyarakat, Gerakan Hormat Guru harus dimulai
secara kolosal. Misalnya, para pilot dan awak pesawat, gurulah yang
menjadikanmu bisa ”terbang”, sambutlah mereka sebagai penumpang VIP di
pesawatmu, undang mereka boarding lebih awal. Para dokter dan semua tenaga
medis, gurulah yang mengajarimu sehingga bisa berseragam putih, sambutlah mereka
sebagai VIP di tempatmu merawat. Pada pemerintah dan dunia usaha di berbagai
sektor, semua prestasi yang dikerjakan adalah buah didikan guru di masa lalu,
VIP-kan guru, jadikan mereka customer utama, berikan mereka kemudahan, berikan
mereka diskon. Bukan hanya besaran kemudahan atau diskon, melainkan ekspresi
kepedulian itu yang menjadi bermakna bagi guru.
Dan semua sektor lainnya, ingatlah bahwa guru
merupakan modal awal untuk meraih masa depan yang lebih baik, lebih sejahtera
itu dibangun. Di setiap kata dalam pesan pendek (sms) yang ditulis, di sana ada
tanda pahala guru. Bangsa ini akan tegak dan disegani saat guru-gurunya
terhormat dan dihormati. Bagi anak-anak muda yang kini berbondong-bondong
memilih pendidikan guru, ingat tujuan menjadi guru bukan cari tingginya rupiah.
Anda pilih jalan mulia, menjadi pendidik. Jangan kemuliaan dikonversi sebatas
urusan rupiah, itu cara pintas membuat kemuliaan alami devaluasi. Kesejahteraan
Anda sebagai guru memang harus terjamin, tetapi biarkan sorot mata anak didik
yang tercerahkan atau cium tangan tanda hormat itu menjadi reward utama yang
tak ternilai bagi anda.
Indonesia akan berdiri makin tegak dan kuat dengan
kualitas manusia yang mumpuni. Para guru harus sadar dan teguhkan diri sebagai
pembentuk masa depan Indonesia. Jadilah guru yang inspiratif, guru yang
dicintai semua anak didiknya. Bangsa ini menitipkan anak-anaknya kepada guru,
sebaliknya kita sebangsa harus hormati dan lindungi guru dari impitan masalah.
Ingat, jadi guru bukanlah pengorbanan, melainkan kehormatan. Guru dapat
kehormatan mewakili kita semua untuk melunasi salah satu janji kemerdekaan
republik ini: mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadikan kami sebangsa makin bangga
dan hormat pada guru!
(Sumber: Kompas.com, tanggal 28 November 2013)
APA ITU SUPERVISI KLINIS ?
SEKILAS INFO
1. Apa supervisi klinis itu?
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada
perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap
perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan
pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
2. Mengapa supervisi klinis diperlukan?
Beberapa alasan mengapa supervisi klinis diperlukan,
diantaranya:
- Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauh mana praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan kode etik
- Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran
- Kehilangan identitas profesi
- Kejenuhan profesional (bornout)
- Pelanggaran kode etik yang akut
- Mengulang kekeliruan secara masif
- Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan (PT)
- Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya
- Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan
3. Apa tujuan supervisi klinis?
Secara umum tujuan supervisi klinis untuk :
- Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
- Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
- Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran
- Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
- Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.
4. Apa karakteristik supervisi klinis?
Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai
berikut:
- Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
- Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) keterampilan dalam proses pembelajaran.
- Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima)
dimensi kompetensi yaitu: Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan
Sosial. Dalam rangka pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah
untuk menguasai lima dimensi kompetensi tersebut, Direktorat Tenaga
Kependidikan telah berupaya menyusun naskah materi diklat pembinaan kompetensi
untuk calon kepala sekolah/kepala sekolah.
Naskah materi diklat pembinaan kompetensi ini disusun
bertujuan untuk memberikan acuan bagi stakeholder di daerah dalam melaksanakan
pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/kepala sekolah agar dapat
dihasilkan standar lulusan diklat yang sama di setiap daerah.
Langganan:
Postingan (Atom)